Tuesday 1 March 2011

Ilmuwan Ungkap Rahasia Semburan Bisa Kobra

Semburan Ular
Semburan Ular
Semburan bisa ular kobra dengan target yang akurat dan bisa membutakan mata baru-baru ini diteliti oleh sejumlah ilmuwan yang hasilnya diterbitkan dalam Physiological and Biochemical Zoology. Demikian yang dilaporkan Discovery Channel, Kamis (22/1).
Untuk studi ini, Bruce Young, pakar biologi di University of Massachusetts, bersama rekan-rekannya mencoba menguak ketepatan semburan bisa ular kobra. Mereka menganalisa sejumlah ular kobra merah, hitam dan belang-belang dewasa.
Diperlengkapi dengan alat pelapis kaca khusus yang melindungi matanya, Young menggoda seekor ular agar mau menyemburkan bisanya. Pelapis kaca tersebut diperlengkapi dengan accelerometer system yang dihubungkan dengan komputer guna memantau aktivitas gerak-geraik kepala Young dan ular tersebut.
“Karena bisa ular itu mampu menjangkau jarak di atas 6,5 kaki dan semburan ular itu kelihatannya sangat tepat, maka dianjurkan kita berada di luar jarak itu,” katanya. Namun kenapa semburan bisa ular itu mengarah ke atas tetap menjadi misteri.
Ditambahkannya, “Saat kami mengamati data, kami mengetahui bahwa kobra selalu menyembur usai kami mengubah arah kepala kami dan ketika saya menggerakkan kepala saya, ular juga menggerakkan kepalanya.”
Disimpukan mereka, semburan ular berbentuk geometris di mana ular hanya bergerak bersiku kecil mengikuti mangsanya. Sesekali sebelum kobra menyembur, dia menggerak-gerakkan kepalanya untuk “membidik” sasaran yaitu mata mangsanya.
Peneliti lebih lanjut menemukan bahwa kobra tidak melepaskan bisa sepenuhnya. Cairan bisa ular malahan menyembur di pola geometris yang khas, biasanya berbentuk oval. Ilmuwan meyakini cara ini meningkatkan daya semburan agar bisa ular dapat tepat mengenai mata lawan.
Selain menyebabkan kebutaan sementara atau permanen, bisa ular juga dapat menembus mata yang terbuka dan terus memasuki badan korban bahkan dapat menyebabkan masalah gangguan sistematik.

Tak Mau Kalah dengan Bulan, Burung Pun Tersenyum. Lucu Banget….

Dan, Burung Pun Tersenyum
Dan, Burung Pun Tersenyum
Masih ingat dengan fenomena menakjubkan, saat sang penguasa malam tersenyum di beberapa langit di Indonesia beberapa bulan lalu. Seolah tak ingin kalah dengan penguasa malam, sang penguasa udara pun unjuk gigi.
Tiga penguasa udara memperlihatkan formasi yang hampir sama dengan apa yang pernah diperlihatkan penguasa malam. Formasi yang unik dan lucu. Sebuah kebahagiaan sepertinya menaungi bagi orang yang melihatnya.
Kepakan sayap nan indah terbang mengitari angkasa. Dua burung di atasnya mengepakkan mata membentuk alis, seperti juga yang ada pada muka manusia. Sementara satu burung yang ada di bawahnya, membentuk formasi menyerupai mulut.
Senyum tiga burung ini semakin indah, ketika terpaan sang penguasa siang akan beristirahat dari peraduannya. Senja kemerahan menjadi sebuah background yang menakjubkan. Luar Biasa.

Mokele-Mbembe, Monster dari Kongo

Monster Misterius
Monster Misterius
Selain Nessie dari Danau Loch Ness, ternyata di rimba Kongo ditemukan makhluk sejenis. Penduduk lokal menyebutnya mokele-mbembe. Namun, mirip Nessie, keberadaannya masih misterius. Bukti masih beredar dari “mulut ke telinga”.
Cerita mokele-mbembe penghuni dasar danau ini berawal sejak tahun 1776, ketika sebuah cetakan jejak telapak kaki sepanjang sekitar 1 m ditemukan di permukaan lumpur di tepi sungai. Sebelumnya, ingatan kolektif soal ini sudah beredar di kalangan penduduk pribumi.
Dalam bahasa Lingala (salah satu bahasa di Kongo), mokele-mbembe berarti dia yang dapat menghentikan arus sungai. Dengan bangun tubuh sebesar kuda nil atau gajah afrika sepanjang 5 – 10 m arti tadi tidaklah berlebihan. Sosoknya umum digambarkan mirip sauropoda, yakni dinosaurus terbesar pemakan tumbuhan. Panjang leher hampir sama panjang ekornya, antara 1,6 – 3,3 m. Ada yang menggambarkannya berjumbai di kepalanya, mirip jengger ayam jantan. Bahkan ada yang mengaku melihat sepasang tanduk di kepalanya. Warna tubuhnya antara abu-abu hingga cokelat kemerahan. Kulitnya tebal, licin, dan tidak berambut.
Mokele-mbembe hidup di telaga atau daerah berawa-rawa di dekat sungai. Raksasa ini sering menyeberangi danau saat pindah dari sungai satu ke sungai lain. Seperti sauropoda, mokele memakan tumbuhan rawa. Makanan kesukaannya pohon malombo, yang terdiri atas Landolphia manii dan L. owariensis.
Mokele menjadi misteri karena jarang menampakkan diri. Seperti Nessie, ia lebih suka ngumpet di dalam air danau. Ia muncul saat kelaparan atau pindah ke lain rawa. Karena minim saksi itulah, banyak yang bilang binatang ini tak lebih dari kuda nil. Namun, orang-orang Pigmi penghuni daerah aliran sungai Likouala (Kongo) ngotot itu bukanlah kuda nil.
Jadilah kita terbengong-bengong! Masak orang asli di situ tidak bisa membedakannya dengan kuda nil? Apalagi mereka bilang mokele justru akan membunuh kuda nil yang dijumpainya. Jadi, mokele-mbembe itu benar-benar ada?
Itulah susahnya. Padahal tak kurang dari orang luar Afrika yang memberikan keterangan. Tahun 1913, Freiherr von Stein zu Lausnitz dikirim Pemerintah Jerman untuk mengeksplorasi Kamerun. Di sinilah ia mendengar cerita penduduk tentang mokele-mbembe yang menghuni daerah di sekitar Sungai Ubangi, Sangha, dan Ikelemba (Kongo). Menurut cerita yang sampai ke telinganya, binatang ini sebesar gajah atau kuda nil, tapi berleher panjang. Giginya hanya satu, tapi amat panjang, sampai-sampai orang menganggapnya itu tanduk. Mokele-mbembe juga memiliki ekor seperti buaya. Serunya lagi, von Stein mengaku melihat jejaknya di Sungai Ssombo.
Cuma batang kayu ?
Mokele-Mbembe
Mokele-Mbembe
Dibandingkan dengan Nessie, mokele-mbembe memang kalah populer. Situs google.com, misalnya, memberikan sekitar 136.000 halaman mengenai monster dari Danau Loch Ness itu. Sementara kapling mokele-mbembe cuma 2.020 halaman. Selama ini cerita tentang monster ini hanya berasal dari penduduk di sekitar sungai di pedalaman Kongo. Seiring dengan masuknya pendatang, cerita tentang mokele pun bertambah.
Herman Reguster, seorang penjelajah berkebangsaan Jerman, mengaku berhasil memotret binatang itu di Telaga Tele pada tahun 1980. Sayang, jepretannya tidak bicara banyak. Justru menimbulkan keraguan karena banyak yang melihatnya sebagai punggung buaya. Ngenes-nya lagi, ada yang bilang itu hanyalah batang kayu! Toh Reguster ngotot dengan keyakinannya, sambil menyodorkan bukti tambahan berupa cetakan gips jejak kaki mokele-mbembe.
Sebelum kedatangan Herman Reguster, terhitung sudah puluhan ekspedisi diadakan. Tujuannya menemukan mokele-mbembe atau kerabatnya di jantung Afrika. Amerika, Jerman, Jepang, bahkan Afrika sendiri pun berlomba-lomba menguak “harta karun” kerabat brontosaurus ini. Tapi ya itu tadi, semakin banyak upaya semakin sedikit yang bisa diperoleh.
Ekspedisi paling awal dilakukan oleh Carl Hagenbeck, naturalis berkebangsaan Jerman pada 1909. Hagenbeck kesengsem pada mokele-mbembe setelah mendengarkan cerita dari sohibnya, Hans Schomburg, penjelajah asal Inggris. “Binatang-nya besar, setengah gajah setengah naga. Hidupnya di rawa-rawa Kongo,” begitu cerita yang membangkitkan semangat ingin tahunya Schomburg. Sayang, nafsu besar tak didukung stamina dan persiapan yang matang. Hagenback tidak dapat meneruskan ekspedisinya karena penyakit dan serangan dari penduduk pribumi.
Dua tahun kemudian, Smithsonian Institution di Washington, D.C. pun tertarik menguak binatang “serba setengah” ini. Dikirimkanlah 32 orang anggotanya. Enam hari mengubek-ubek hutan perawan Afrika, yang diperolehnya hanya jejak-jejak raksasa dan suara yang – menurut mereka – tidak serupa dengan suara binatang mana pun yang pernah dikenal.
Sama seperti Hagenback, ekspedisi ini juga kandas di tengah jalan. Penyebabnya, saat menumpang kereta api menuju daerah yang diklaim oleh peduduk lokal sebagai basisnya mokele-mbembe, gerbong kereta terbalik dan menewaskan empat anggota ekspedisi. Enam anggota lainnya menderita luka-luka.
Sepeninggal Smithsonian masih banyak ekspedisi dilakukan. Tahun 1932, Ivan Sanderson melakukan penjelajahan di Afrika dan menemukan jejak raksasa yang mirip jejak kuda nil. Padahal di daerah itu tidak ditemukan kuda nil. Menurut penduduk setempat, jejak itu milik mgbulueM’bembe. Jejak serupa ternyata ditemukan pula oleh James H. Powell, yang dua kali mengadakan ekspedisi (1972 dan 1976). Ketika ia menunjukkan gambar dinosaurus sauropoda, penduduk mengenalinya sebagai mokele-mbembe.
Tahun 1983 Marcellin Agnagna dari Kongo membuat kemajuan yang berarti dalam ekspedisinya. Ia melihat binatang raksasa yang keluar dari danau pada jarak sekitar 275 m. Kepala makhluk itu berwarna kemerahan dan mirip kepala buaya dengan mata lonjong. Ia yakin, binatang itu sejenis reptil, tapi bukan buaya, kura-kura, atau ular raksasa. Tahun 1987, sebuah tim dari Jepang mencoba merekam mokele-mbembe dengan kamera video. Sayangnya, hasil bidikan mereka kurang jelas dan tidak meyakinkan.
Tidak sendirian

Danau Tele
Danau Tele
Mencari mokele-mbembe ibarat menemukan jarum di tumpukan jerami. Kondisi hutan Kongo yang rapat menyulitkan upaya itu. “Panas, peyakit, penduduk pribumi liar, serta takhayul berada di sekeliling mokele-mbembe,” kata Bill Gibbons, penjelajah yang ikut-ikutan mencari mokele. Hampir separuh wilayah Kongo tertutup hutan lebat yang nyaris tidak berubah selama 60 juta tahun lamanya.
Hutannya juga dipenuhi pohon berharga jual tinggi, seperti pohon mahogani dan limba. Jalan dan perkampungan sangat jarang ditemukan. Bahkan pemandu dan penduduk pribumi sering menolak mengantar peneliti masuk hutan meski dibayar mahal. Hutan perawan sepanjang Sungai Kongo adalah yang terganas, terpanas, dan paling jarang dikunjungi penjelajah. Jika memang benar ada, di sinilah tempat yang tepat bagi dinosaurus.
Wajar saja jika dari daerah yang tertutup itu berhembus cerita tentang monster atau makhluk sisa-sisa peradaban masa lampau. Mokele-mbembe tidak sendirian. Penduduk pribumi juga mengenal emelantouka, yang digambarkan sebagai pembunuh gajah atau gajah air. Makhluk ini mirip dinosaurus bertanduk, sosoknya sebesar gajah dan dengan tanduknya bisa membunuh gajah atau badak.
Dalam bukunya Eighteen Years on Lake Bangweulu, C.G. James melaporkan bahwa emelantouka hidup di Danau Bangweulu, Mweru, serta rawa-rawa Kafue di Zambia, juga di D. Tanganyika (Tanzania). Tahun 1933, menurut J.E. Hughes, penduduk Wa-Ushi pernah membunuh makhluk serupa di Sungai Luapula, yang terletak antara Danau Mweru dan Bangwelu di perbatasan Zaire dan Zambia.
Si pembunuh gajah ini ternyata juga dikenal di sekitar Danau Edward wilayah Zaire dan Uganda. Konon, pada tahun 1934, binatang yang dikenal dengan irizima ini terbunuh di Dongou, Kongo Utara. Selain di Dongou, binatang yang digambarkan sebagai kuda nil bertanduk ini sering muncul pula di daerah Epena dan Imfondo, masih di Kongo Utara.
Uniknya, meskipun mirip badak (karena tanduknya mirip cula), culanya tidak berambut seperti cula badak, melainkan mirip gading gajah. Roy P. Machal, ahli cryptozooid (ilmu yang mempelajari binatang misterius), yakin bahwa binatang yang di Kafue dikenal dengan chipekwe, sisa-sisa dinosaurus bertanduk seperti tricerops. Mungkin sejenis monoclonius atau centrosaurus.
Monster lain yang sering disebut-sebut adalah mbielu-mbielu-mbielu. Tampangnya mirip stegosaurus, binatang yang dipercaya memiliki lempengan keras di punggungnya. Dinosaurus ini lebih jarang dikenal karena lebih sering berendam di dalam air sungai. Hanya lempeng di punggungnya yang kelihatan. Ada monster lagi yang bernama nguma monene, piton raksasa. Cuma berbeda dengan ular sejenisnya, di punggung makhluk berpanjang antara 40 – 60 m ini terdapat semacam sisik tegak.
Wah, kalau begitu bukan ular dong! Cocoknya kadal raksasa. Penduduk sekitar biasanya menyamakan nguma monene ini dengan mbielu-mbielu-mbielu. Kedua monster ini hidup di daerah Sungai Dongou-Mataba di Republik Rakyat Kongo.
Menemukan danau baru

Karena minim bukti, banyak orang kemudian tidak yakin apakah monster-monster tadi benar-benar ada. Menurut Redmond O’Hanlon, penulis dan penjelajah Inggris, mungkin saja para saksi yang mengaku melihat binatang ini keliru melihat gajah liar. Robert T. Bakker, paleontolog dan penulis buku The Dinosaur Heresies juga menyangsikan adanya dinosaurus yang masih hidup. “Dinosaurus tidak bakal bertahan hidup sekarang. Mereka kalah bersaing dengan mamalia,” tegasnya.
Toh pencarian mokele-mbembe tetap saja dilakukan. Dampak positifnya, ditemukannya binatang-binatang baru seperti yang dialami William J. Gibbons kala melakukan penyelidikan di Kongo. Ia menemukan sisa-sisa tubuh monyet yang tidak dikenal sebelumnya. Setelah dibawa ke Inggris, para pakar binatang menyimpulkan bahwa monyet itu adalah spesies mangabey jenis baru (Cerocebus galeritus). Gibbon juga menemukan banyak spesies serangga dan ikan yang belum dikenal. Ekspedisi berikutnya, tahun 1992, bahkan menemukan dua danau baru yang sebelumnya tidak masuk peta: Danau Fouloukuo dan Tibeke.
Mereka yang percaya mokele-mbembe benar-benar ada mengacu kepada ditemukannya antelop jenis baru di Vietnam (Dunia yang Hilang di Vu Quang ). “Kemungkinan menemukan binatang besar jenis baru masih terbuka,” ujar Adam Davies dari Manchester. “Jika kami menemukan mokele, kami takkan mengusiknya. Tujuan utama kami adalah mendapatkan deskripsi akurat dan fotonya. Kemudian kami akan mengusulkan perlindungan menyeluruh bagi seluruh areal,” janji Davies.
Davies tergabung dalam Tim Ove Sundberg, sebuah tim gabungan dari Swedia yang ahli meneliti reptilia langka. Tim ini telah meneliti mokele-mbembe sejak tahun 2000. Ketuanya Jan-Ove Sundberg, ahli cryptozoologi yang pernah memburu monster laut di Danau Seljordvatnett di Norwegia.
Kendati diramalkan bakal menemui kegagalan, tim ini tetap optimistis. “Kita sedang menjelajahi sebuah daerah seluas dua kali Belgia yang tidak berubah selama jutaan tahun. Jika kita menemukan makhluk ini, akan menjadi sebuah alasan sangat kuat untuk melindungi seluruh habitatnya dari tekanan ekonomi,” kembali Davies yang pernah memburu orang pendek sumatra berjanji.

Manusia Terpendek

Acem yah... kalau sepatunya dipakai
Acem yah... kalau sepatunya dipakai
He Ping Ping, si manusia terpendek di dunia menghebohkan Kota Tokyo, Jepang saat menghadiri peluncuran edisi tahun 2009 Guinness Book of World Records pada Jumat (13/2) di Museum The Guinness World Records.
Mengutip Daily Mail, Minggu (15/2), Ping Ping yang lahir dengan tingi tubuh hanya 74,1 cm dan berat 7 kg, dengan lucunya masuk ke dalam sepatu Bao Xishun, pria tertinggi di dunia.
Kedua manusia ini sebelumnya sudah resmi dinyatakan sebagai manusia terpendek dan tertinggi di dunia oleh pihak Guinness.
Ping Ping kini tinggal di Mongolia Dalam, China dan Kota Tokyo merupakan salah satu tempat yang dia kunjungi dalam rangka tur sedunia selain London dan New York.
Secara kebetulan, Ping Ping tinggal berdekatan dengan Bao Xishun yang memegang rekor pria tertinggi sedunia dengan tinggi mencapai 2,36 meter meski gelar non resminya jatuh pada Leonid Stadnyk asal Ukraina dengan tinggi tubuh 2,57 meter.
Saat ditanyai mengenai tubuhnya, Ping Ping mengatakan, “Saya tidak pernah iri pada orang yang lebih tinggi dari saya. Perlu Anda ketahui, jika Anda tinggi maka sulit untuk bergerak dan tidak nyaman.”
“Saya dengan mudahnya menyelinap ke mana saja dan oleh karena itu jauh lebih mudah menjadi orang pendek,” tambahnya.

Fosil Ular Raksasa Telah Ditemukan. Sapi Pun Dilahapnya…Nyam…Nyam…


Sapi Pun Diembatnya
Sapi Pun Diembatnya
Takut dengan Ular..? Itu alamiah, dan tidak dilarang karena potensi bahaya dimilikinya. Dengan yang kecil saja saja menyeramkan, apalagi dengan ular yang ukurannya lebih besar dari ular raksasa hasil imajinasi Hollywood  dalam film Anaconda.
Dalam adegan film Anaconda, Jenifer Lopes berteriak histeris dan berlarian kesana kemari menghindar seekor ular pemangsa raksasa. Ular dalam film itu panjangnya 12,1 meter. Imajinasi para pembuat film Hollywood itu, masih kalah panjang dibanding fosil ular hasil temuan para ilmuwan baru-baru ini.
Fosil dari timur laut Kolombia ini menjadi pertanda bahwa saat masih hidup, binatang melata itu merupakan ular terbesar di dunia. Dari tulang punggung fosil ini, beratnya diperkirakan mencapai 1,35 ton atau antara 730 kg hingga 2,03 ton. Panjangnya dari hidung hingga ujung ekor mencapai 13 meter atau sekurang-kurangnya 10,64 meter hingga 15 meter.
“Benda ini (fosil ular) berbobot lebih berat daripada seekor bison, dan lebih panjang dari sebuah bus kota,” kata ahli ular Jack Conrad dari American Museum of Natural History di New York.
Sementara ahli fosil Jason Head dari University of Toronto Missisauga berujar, “Ular itu bisa menelan sapi dengan gampang. Seorang manusia juga dapat segera ditelan.Kalau ular itu masuk ke ruangan saya untuk memakan saya, maka dia akan kesulitan melewati pintu.”
Sebenarnya, monster melata itu di masa lalu mungkin melahap dan mengunyah buaya di hutan hujan tropis yang menjadi tempat tinggal mereka sekitar 58 juta hingga 60 juta tahun lalu. Para penemu fosil menamakan fosil ular tersebut “Titanoboa cerrejonensis” (baca: “ty-TAN-o-BO-ah sare-ah-HONE-en-siss”). Artinya, “ular boa yang sangat kuat dari Cerrejon. (Cerrejon adalah nama daerah tempat fosil ditemukan).
Titanoboa pertama kali disingkap di awal 2007 di Florida Museum of Natural History di Universitas Florida di Gainesville. Para ilmuwan kemudian melakukan rangkaian penelitian sebelum merilisnya dalam jurnal Nature, Kamis lalu. Namun para ilmuwan masih akan kembali ke Kolombia untuk menemukan beberapa bagian fosil yang belum ditemukan.
Ukuran tubuh titanoboa yang luar biasa memberi petunjuk tentang habitatnya. Dengan tubuh sebesar itu menunjukkan bahwa titanoboa hidup di suhu lingkungan yang hangat. Tampaknya temperatur di garis khatulistiwa meningkat bersamaan dengan suhu global. Ini kontras dengan hipotesis yang mengatakan bahwa suhu tidak akan naik.
“Ini adalah sebuah lompatan kalau diterapkan pada kondisi masa lalu dengan perubahan iklim, kata Head. Menurut Head, penemuan itu menggambarkan bahwa daerah di garis khatulistiwa akan menghangat bersama dengan bertambahnya usia planet. “Namun tidak akan ada lagi ular raksasa karena kita sudah memusnahkan habitat mereka dengan pembangunan dan penebangan hutan di wilayah ekuator,” kata Head.
Suku Boidae
Fosil ular yang ditemukan ini bisa dipastikan dari suku Boidae atau jenis-jenis ular berbadan besar seperti Anaconda, Boa, da Piton. Jenis ini termasuk primitif dan memiliki saki-saki (organ tubuh yang tidak berfungsi lagi), berupa sekat pinggul dan tungkai belakang. Meskipun tidak termasuk dalam jenis berbisa, namun cara ular ini memangsa korbannya cukup sadis. Yaitu dengan cara membelit dan menelan.
Dari hasil penelitian para ahli tersebut, ular ini adalah kombinasi antara jenis Boa dan Anaconda. Tubuh Titanoboa seperti tubuh seperti boa modern, namun berperilaku seperti anaconda dan menghabiskan waktu di dalam air. Kalau sedang di darat, Titanoboa akan bergerak melata.
Ular ini memiliki kemiripan dengan Anaconda Hijau yang masih termasuk keluarga Boa. Ular Amerika Selatan ini termasuk ular terbesar di dunia. Sepupunya, Phyton, mempunyai tubuh yang sangat panjang tapi dengan tubuh besarnya, anaconda hijau, nampak 2 kali lebih besar.
Saat ini, Anaconda Hijau dapat tumbuh lebih dari 29 feet atau 8,8 meter dengan berat lebih dari 550 pon atau 227 kg dan diameter kurang lebih 12 inci atau 30 cm. Diantara kerabat anaconda, anaconda hijau lah yang paling besar. Ukuran tubuh betinanya lebih besar daripada yang jantan. Anaconda hidup di rawa-rawa, air yang arusnya lemah.
Tubuhnya dirancang untuk mudah berjalan di air daripada di darat. Mata dan rongga hidungnya terletak di atas kepala sehingga memudahkannya untuk menyelam dan beraktivitas di dalam air. Pada masa kawin, terjadi kompetesi antar penjantan untuk memperebutkan sang betina dan hal ini terjadi selama 4 minggu.)
Anakonda dalam bahasa latin disebut Eunectes murinus termasuk dalam golongan phylum chordata, yaitu golongan hewan yang memiliki notokorda atau chorde yaitu tali sumbu tubuh syaraf belakang dengan rangka. Ukuran chordata beragam ada yang besar dan ada yang kecil dengan otak yang terlindung tengkorak untuk berfikir. Anakonda masuk dalam Kelas Reptil, Ordo Squamata, Keluarga Boidae, sejenis ular boa air.
Anakonda hidup di Amerika Selatan, sebelah timur Andes, sebagian besar di sungai Amazon, Orinoco dan Guianas. Habitat mereka di rawa-rawa dan semak belukar. Mereka tak pernah ditemukan jauh dari perairan. Rawa merupakan tempat favoritnya. Ketika mereka keluar dari air, tubuh anakonda akan dirundung oleh kutu-kutu atau jamur.
Seekor Anakonda memulai reproduksi dalam usia muda dengan masa kehamilan selama 6 bulan. Seekor betina dapat beranak 20 hingga 40 ekor dan kadang-kadang lebih dari 100 ekor. Anakonda yang baru lahir biasanya memiliki panjang 60 cm. Beberapa jam setelah mereka lahir sudah dapat berenang, berburu dan merawat dirinya sendiri. Setelah melalui proses perkawinan, anakonda akan tumbuh panjang namun lambat.
Ular dan Manusia
Anaconda dan Manusia
Anaconda dan Manusia
Dalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap sebagai musuh manusia. Dalam Alkitab (Perjanjian Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari Taman Eden. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil sebagai penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw. pun ada anjuran untuk membunuh ‘ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah’.
Anggapan-anggapan ini, bagaimanapun, turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa benci, jika bukan takut, kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular –apalagi yang sampai menyebabkan kematian– sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian (oleh penyakit) akibat gigitan nyamuk.
Pada pihak yang lain, ular pun telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi, terutama di Tiongkok dan daerah Timur lainnya. Sementara itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya biawak, kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah pertahun.
Dalam kenyataannya, ular justru kini semakin punah akibat aneka penangkapan, pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan lingkungan hidupnya. Ular-ular yang dulu turut serta berperan dalam mengontrol populasi tikus di sawah dan kebun, kini umumnya telah habis atau menyusut jumlahnya.
Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Rata-rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mambaa di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai perbandingan, dapat berlari antara 16-24 km per jam.

Dracula : Legenda Pangeran Pengisap Darah

Pangeran Vampir
Pangeran Vampir
Mendengar nama Dracula, sontak yang terlintas di benak kita sosok vampir yang selalu haus akan darah manusia. Gambaran itu telah merasuk dalam pikiran kita sejak era Bram Stroker dengan novelnya yang berjudul Dracula (1897). Novel legendaris yang mengadopsi kisah nyata seorang pangeran Wallachia (Rumania) bernama Vlad Tapes “Dracula” yang bertarung melawan serbuan kesultanan Ottonam atas wilayahnya (menjelang periode akhir Perang Salib). Inilah kisahnya…
Vlad Tapes “Dracula” (1431-1476) adalah putra dari Vlad II (Vlad Dracul) yang diangkat menjadi anggota Orde Naga oleh Kaisar Romawi. Vlad Dracul adalah orang yang gigih melawan serbuan kesultanan Ottonam atas wilayahnya. Sementara Vlad Tapes Dracula sebaliknya menjadi sosok yang dibenci baik oleh musuhnya maupun oleh rakyatnya sendiri karena kekejamannya. Dracula dilahirkan di Transylvania, Rumania atau dikenal dengan Wallachia Nama Dracula sendiri berarti anak laki-laki Dracul -anak laki-laki naga- (Drac = naga. ull=anak), nama ini merupakan gelar yang diperolehnya karena keanggotaan ayahnya di Orde Naga.
Masa kecil Dracula memang tidak berlangsung lama, diusianya yang ke 11 ia harus menjadi jaminan kesetian ayahnya kepada kesultanan Turki ottoman, ia dan adiknya Randu harus dikirim ke Turki. Setelah perang Verna, terjadi konflik antara Vlad II dan John Hunyadi ( pengganti Sigismund, Raja dari kerajaan Hungaria ) dalam memperebutkan Wallachia, yang berujung pada kematian Vlad II dan Mircea, kakak Dracula. Melihat perubahan politik di Wallachia tersebut, maka sultan Turki ottoman Mehmed II mengirimkan Dracula pulang ke wallachia untuk merebut tahta.
Dracula kembali ke Wallacia dengan di kawal 8000 prajurit Turki ottoman. sesampainya di Tirgoviste ( ibu kota wallachia ) terjadi pertempuran antara pasukan Vlasdisav dengan pasukan Dracula, yang akhirnya di menangkan oleh pasukan Dracula dan menempatkan Dracula sebagai penguasa Wallachia. Setelah berhasil menduduki tahta, Dracula berbalik membantai prajurit Turki ottoman yang tersisa
Selain itu Vlad Tepes juga memiliki sebutan yang menyeramkan Vlad The Impaler  (Vlad si Penyula). Di sebut Penyula karena konon Vlad dikenal sebagai tokoh  yang senang melakukan kekejaman terhadap orang-orang yang tak disukainya. Salah  satu metode penyiksaan yang disukainya adalah dengan menyula (menusuk dari  pantat hingga kepala) hidup-hidup musuh-musuhnya. Diperkirakan ia telah membunuh 40.000 hingga 100.000 orang dengan cara-cara yang kejam.
Keganasan Vlad Tepes yang luarbiasa akhirnya berakhir ketika ia tewas dalam sebuah penyerbuan orang-orang Turki di sebuah kota dekat Buchares. Kepalanya dipisahkan dari  tubuhnya dan dibawa ke Konstantinopel sebagai persembahan kepada Sultan Turki.  Tubuh tanpa kepalanya dikuburkan di Snagov sebuah pulau di Bucharest. Dari sinilah legenda vampire (mahluk penghisap darah) mulai hidup. Konon Vlad Tepes tidak benar-benar mati, ia menjadi mayat hidup, menjadi vampir dan menyebarkan wabah vampir kepada orang-orang yang digigitnya. Kisah ini menjadi legenda. Diceritakan dari generasi ke generasi di kalangan penduduk Balkan yang masih percaya pada takhyul.
Legenda rakyat Balkan itulah yang akhirnya di adopsi oleh Bram Stroker dalam bentuk novel yang berjudul Dracula di tahun 1897. Walau dalam novelnya tak menyebutkan nama Vlad Tepes, namun latar belakang kisah hidup Dracula dalam novelnya mengindikasikan bahwa Vlad Tepes-lah yang diadopsi oleh Stroker untuk menjadi tokoh utama dalam karyanya.
Selain Stroker, buku-buku tentang Dracula terus ditulis orang, mungkin angkanya telah mencapai ribuan buku. Apalagi setelah Hollywod mengkomersilkan lagenda vampir dengan film-filmnya. Konon, hampir 300 film pernah dibuat
berkaitan dengan vampir dan Dracula.
The Historian

Penulis Legendaris Bram Stoker
Penulis Legendaris Bram Stoker
Selain Bram Stroker adapula Elizabeth Kostova yang melakukan riset sejarah mengenai Dracula, dan menuangkan hasil risetnya kedalam sebuah novel sejarah yang dikemas dalam horor-suspense yang memikat, yang diberi judul The Historian (Sang Sejarahwan). Berbeda dengan Darculla-Bram Stoker, Kostova lebih memberikan nuansa sejarah pada novelnya ini, sehingga pembaca tak hanya disuguhkan oleh ketegangan dan kengerian semata, melainkan pembaca juga diajak menyelusuri siapa sebenarnya dibalik sosok Dracula berdasarkan fakta sejarah yang diperoleh Kostova dari risetnya selama 10 tahun.
The Historian ditulis oleh Elizebeth Kostova dengan gaya yang indah dan  Memikat dan menyajikan nuansa yang berbeda. Walau yang menjadi tema utama adalah pencarian sosok Drakula yang menyeramkan, namun tak ada
ketakutan yang berlebihan pada novel ini. Ketegangan dan kemisteriusan menyelimuti seluruh halaman novel ini, dimulai dari ditemukannya buku kosong bergambar naga, kisah kekejaman Vlad Tepes ketika mengeksekusi musuh-musuhnya, vampir yang membuntuti dan menyerang dengan tiba-tiba, hingga sosok drakula dan aktivitasnya yang unik dan tak terduga akan ditemui dalam novel ini.
Selain itu aroma sejarah juga tercium dengan tajam pada novel ini. Dengan  deskripsi sejarah yang diurai secara kronologis dan menarik sehingga tak membosankan, Kostova mengajak pembacanya bertamasya ke abad 15 dimana Dracula pernah hidup dan berjuang melawan serangan tentara Turki dibawah pemerintahan Sultan Mehemd II. Pembaca juga akan diajak berkelana ke tempat-tempat eksotis seperti Oxford, Istanbul, Rumania, Bulgaria, untuk menelusuri buku-buku kuno, mansukrip-manuskrip bersejarah, kisah para santo, puisi kuno, legenda dan
lagu-lagu rakyat yang berkaitan dengan Drakula.
Tengkorak Vampir

Fosil Tengkorak Vampir
Fosil Tengkorak Vampir
Lalu apakah benar setelah kematiannya Vlad Tapes “Dracula” berubah wujud menjadi mahluk penghisap darah..? entahlah. Tetapi paling tidak sebuah peristiwa yang menggemparkan pernah terjadi dan seolah mendukung keberadaan Vlad sebagai mahluk penghisap darah.. Sebuah cerita menjelaskan, Di Venesia (Italia) pada tahun 1576 terjadi satu wabah mematikan yang membuat banyak orang panik. Jutaan orang telah bergelimpangan. Tidak ada satupun orang yang mengetahui apa yang menjadi penyebab wabah mematikan ini. Penjelasan bersifat ”ilmiah” mungkin lebih tepatnya religius pun beredar: bahwa vampir penghisap darah telah menyebarkan wabah epidemi ini.
Dalam literatur terkait peristiwa abad abad ke-16 itu, tepatnya seiring dengan persebaran wabah epidemi tersebut, ada banyak pemakaman massal yang digali untuk mengubur jutaan orang mati yang diduga akibat wabah penyakit yang diduga disebabkan oleh vampir. Karena minimnya lokasi pemakaman, warga kota pun memanfaatkan makam yang sama untuk mengubur jenazah baru secara massal.
Entah benar atau tidak, tetapi baru-baru ini Matteo Borrini, seorang arkeolog dari Universitas Florence di Italia menemukan kerangka seorang perempuan dengan batu bata kecil tersumbat di mulutnya saat menggali sebuah kuburan massal korban wabah penyakit semasa abad pertengahan di Lazzaretto Nuovo Island Venesia.
Borrini menyampaikan temuannya ini dalam sebuah pertemuan America Academy of Forensic Science di Denver Colorado beberapa waktu lalu (Newscientist,9-3-2009). Ia juga mengklaim bahwa temuannya telah diuji secara forensik. Dan ia mempercayai tengkorak  itu mempunyai hubungan dengan penyebaran wabah pada tahun 1576. “Di masa itu, para penggali kubur menyumbat mulut  para vampir dengan batu bata untuk mencegah mereka bisa bangkit dan menghisap darah manusia lagi,”jelas Borrini.
Namun pernyataan Borrini bahwa tengkorak itu adalah bukti pertama di bantah oleh Peer Moore-Jansen dari Universitas Wichita State di Kansas. Peer menyebutkan ia pernah menemukan tengkorak dengan kondisi yang sama dengan temuan Borrini. “ Itu memang cukup menarik, namun apa yang di klaim Borrini sebagai tengkorak vampir pertama adalah lelucon,”kata Peer Moore-Jansen. Borrini sendiri mengatakan, perincian studinya terkait keberadaan kuburan massal ini adalah menunjukkan bukti keberadaan vampire/Dracula. “Tengkorak itu menunjukkan bukti exorcisme (ritual pengusiran setan) vampir secara arkeolog” tutur Borrini.
Jika penuturan Matteo Borrini benar adanya, berarti tengkorak wanita penghisap darah itu adalah salah satu korban wabah vampire yang ditularkan oleh sang pangeran Vlad Tapes Dracula yang melanglang buana hingga ke Italia. Hiii…..
Kastil Dracula
Awal Februari 2007 , situs resmi The Associated Press dalam sebuah kolom beritanya mengabarkan bahwa Puri Bran yang diyakini sebagai tempat kediaman Dracula, dijual seharga 78 juta dolar oleh pewarisnya kepada pemerintah Rumania. Langkah tersebut diambil demi pelestarian tempat legendaris di Transylvania tersebut. Kabarnya lebih dari
400 ribu orang mengunjungi puri itu setiap tahunnya, terutama karena dikaitkan dengan Vlad the Impaler atau Pangeran Dracula.
Vlad bukanlah pemilik puri itu, namun diyakini telah menggunakan tempat itu selama kunjungannya ke Transylvania. Dia juga terkurung di tempat itu selama dua bulan pada tahun 1462 setelah ditangkap olah musuhnya dan dipenggal.

Burung-Burung Phoenix dari Maehongso

Gadis Karen
Tatapan polos dan bersahaja yang ditebarkan wanita-wanita Suku Karen Padaung (Suku Kayan) akan Anda balas dengan tatapan aneh, takjub dan penasaran melihat betapa panjangnya leher mereka serta membayangkan bagaimana ia melewati hari-harinya dengan dibebani sejumlah gelang logam pada leher, kaki maupun pergelangan tangan mereka. Itulah yang akan Anda rasakan kalau berkunjung ke desa Suku Karen di Thailand. Alasan mereka memakai gelang-gelang itu pun terbilang sangat unik. Konon katanya, mereka ingin menjadi seperti Burung phoenix.
Di Provinsi Maehongson sebelah utara Kota Bangkok-Thailand, hiduplah beberapa suku gunung yang berasal dari Burma atau Myanmar. Diantaranya Suku Akha, Suku Karen, Suku Lisu dan sebagainya. Mereka adalah komunitas suku-suku yang memiliki latarbelakang sejarah dan kebudayaan unik.
Namun di antara suku-suku itu, Suku Karen yang dianggap paling unik. Di leher wanita-wanita Suku Karen dipasang gelang logam berwarna keemasan. Gelang-gelang ini fungsinya untuk membentuk leher dan kaki mereka agar lebih panjang, karena menurut adat mereka, semakin panjang leher wanitanya maka mereka akan dianggap semakin tampak cantik.
Yang lebih unik lagi alasan mereka mengenakan gelang-gelang itu dilatarbelakangi kebudayaan turun temurun serta kepercayaan bahwa wanita Suku Karen berasal dari seekor Burung Phoenix. Bagi orang Suku Karen, phoenix adalah nenek moyang wanita yang berpasangan dengan naga yang dianggap sebagai nenek moyangnya para pria suku itu.
Berat gelang besi di leher wanita dewasa mencapai 5 kg dan gelang kaki di bawah lutut beratnya masing-masing 1 kg. Berarti setiap hari mereka membawa beban 7 kg. Wah, mau cantik ternyata berat juga ya…!
Gelang tersebut mulai dipakaikan sejak mereka berusia 5  tahun. Awalnya hanya 2-3 tumpuk gelang, dan setiap 2-3 tahun sekali tumpukan gelang ditambah sampai mereka mencapai usia 19 tahun dimana gelang-gelang tadi digantikan dengan gelang besi yang terbuat dari 1 besi lonjor panjang yang dibentuk melingkar / dililitkan ke leher mereka. Gelang itu bisa dilepas tapi proses pelepasannya sendiri tidak mudah dan hanya dilakukan pada saat menikah, melahirkan dan meninggal dunia.
Berat gelang-gelang itu mendorong tulang selangka, tulang bahu dan tulang rusuk turun. Sehingga secara otomatis leher wanita-wanita karen memanjang. Semakin panjang, mereka merasa semakin mirip dengan Burung Phoenix nenek moyang mereka.
Fungsi lain dari gelang-gelang itu adalah sebagai pelindung. Dulu waktu mereka masih tinggal dipegunungan, mereka sering terlibat kontak dengan binatang buas seperti harimau, beruang dan sebagainya. Umumnya, binatang buas  menyerang manusia pada bagian leher dan tenggorokan. Untuk itulah gelang-gelang itu berfungsi sebagai pelindung bagi kaum hawa Suku Karen.
Keunikan Suku Karen dimanfaatkan dengan “sangat baik” oleh dunia pariwisata Thailand. Mereka ditempatkan di beberapa desa diantaranya, Huay Pu Keng, Huay Suah Thoh, Kayan Pu Keng dan sebagainya. Desa-desa ini di promosikan sebagai salah satu keunikan kebudayaan Thailand. Para wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan keunikan Suku Karen dikenakan biaya sebesar $10 US.
Untuk membantu pendapatan keluarga, wanita Suku Karen juga menjual berbagai jenis barang kerajinan khas suku itu. Misalnya kain tenun Suku Karen yang cukup popular serta foto-foto yang menunjukkan kegiatan mereka sehari-hari termasuk proses pelepasan gelang leher. Sementara kaum pria sehari-harinya bekerja di ladang dari pagi hingga petang.
Namun keunikan wanita Suku Karen bukan tak beresiko. Kaum wanita di suku ini kebanyakan hidup sampai umur 45-50 tahun saja. Kabarnya karena berat gelang yang mencapai 7 kg, dipercaya telah merusak tulang leher seiring bertambahnya usia mereka. Dunia pariwisata belakangan sering dipersalahkan karena mendorong penggunaan cincin leher. Alasan industri wisata melakukan itu tentu saja karena Suku Karen merupakan atraksi populer bagi wisatawan. Itu artinya memberikan pemasukan yang tidak sedikit bagi industri pariwisata Thailand.
Suku-Suku Terbuang

Keluar dari rumah
Suku Karen dan suku lainnya di Maehongson adalah suku terasing dari pedalaman Myanmar. Mereka adalah suku pegunungan yang tinggal di hutan-hutan sekitar perbatasan Thailand-Myanmar. Desa-desa aslinya ada di pelosok Myanmar, serta propinsi2 Chiang Rai,Mae Hong Son dan Chiang Mai (kadang berpindah2).
Pada tahun 1949 berkecamuk perang saudara yang membuat mereka terpaksa mengungsi. Karen National Union dan kelompok gerilya suku-suku minoritas lain bertempur melawan pemerintahan Mynmar. Sejak tahun 80an hingga saat ini militer Mynmar berhasil mengusir warga dari 3 ribu desa milik Suku Karen. Suku-suku itu mendaki gunung melewati perbatasan dan tinggal di Provinsi Maehongson.
Suku terbuang ini hidup seperti pengungsi tanpa identitas di Thailand. Berdasarkan laporan UNESCO pada tahun 2008, hampir dua juta orang suku pegunungan yang tinggal di Thailand tak punya kartu identitas.
Dikatakan, hampir 70 persen dari mereka tak bisa mendapat pendidikan dasar seperti anak-anak Thailand lainnya, dan 98 persen tak bisa mendapat pendidikan yang lebih tinggi.
Community Leaning Center (CLC) atau pusat Kegiatan Masyarakat di Mae Hong Son mencoba mengatasi masalah ini dengan membantu sekitar 30 anak suku pegunungan mendapatkan akses ke pendidikan yang lebih tinggi.

Fenomena Lengkungan Waktu

Mungkinkah Anda bisa kembali ke masa lalu walau hanya sesaat? Sebuah pertanyaan menarik yang sulit untuk dijawab. Jika jawaban Anda “Tidak mungkin!” ternyata ada sejumlah saksi mata yang mengaku pernah mengalami kejadian tersebut.
Salah satu yang paling terkenal adalah kasus yang melibatkan dua perempuan Inggris. Kejadian itu berlangsung selama tiga jam pada 4 Agustus 1951, kala mereka berlibur di desa tepi pantai Normandy, Puys di pesisir Prancis, dekat Pelabuhan Dieppe.
Kedua perempuan itu memberi kesaksian yang sama tentang pengalaman mereka mendengar suara-suara layaknya sedang terjadi pertempuran hebat di luar rumah penginapan yang mereka tempati. Sebuah kejadian yang sesungguhnay terjadi sembilan tahun lalu di tempat yang sama.
Tak satu pun penduduk sekitar yang mendengar atau melihat apa yang mereka gambarkan sebagai pertempuran hebat. Namun pakar kejadian supranatural yakin bahwa kedua perempuan itu sebenarnya sudah mengalami sebuah fenomena lengkungan waktu. Yaitu terjebak sekian lama di suatu waktu di masa lalu.
Kejadian lengkungan waktu yang dalam beberapa versi disebut juga kedutan waktu adalah semacam gejala ketidakstabilan suatu medan energi di suatu tempat sehingga menyebabkan waktu terganggu atau waktu sama sekali berubah. Biasanya dalam banyak kesaksian orang merasa melihat ata mendegar atau berada langsung sekian lama di suatu tempat pada suatu peristiwa di masa lalu.
Entah, bagaimana fenomena ini bisa terjadi, sejumlah ahli telah berupaya mengungkap kejadian seperti ini, namun sepertinya tidak berhasil membuktikannya dengan pendekatan ilmiah. Walau dalam laman internet ada yang mengaku bahwa FBI pernah menghadapi kasus kedutan waktu yang tersimpan dalam X-file mereka, namun tak ada yang bisa membuktikan bahwa hal itu memang benar terjadi.
Lalu pernah ada isu bahwa satu tim ilmiah Kanada, terperangkap dalam suatu gejala fenomena lengkungan waktu. Tim itu dinyatakan hilang dan jenazah danseluruh perlengkapan mereka tidak pernah lagi ditemukan.
Dari sejumlah negara banyak laporan kesaksian yang menyebutkan soal fenomena sejenis. Walau terdengar mustahil, sejumlah ahli kini sedang berupaya untuk mencari kebenarannya…

“Putri Duyung” Berusia Dua Tahun akan Dicatat Guinness Book of Records

Di daratan, mungkin ia berjalan sama seperti bocah seusianya. Namun di air, Leah Robin mampu mengalahkan semua bocah dua tahun lainnya. Leah kini mampu berenang sejauh 50 meter tanpa bantuan-prestasi yang dianggap mampu mencetak rekor di Inggris untuk bocah seusianya.
Si bocah air Leah Robin yang mulai berenang sejak berusia empat bulan, kini bisa menyelesaikan renang gaya punggung sejauh 50 meter tanpa bantuan. Ibunya, Kay Masters (26 tahun) berharap prestasi putrinya bisa dicatat Guinness Book of Records.
“Leah sangat senang berada di air. Saya tidak pernah menyuruhnya ataupun mengajaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai,” kata Masters, seorang asisten instruktur renang. Leah Robbins adalah bocah termuda yang bisa berenang sejauh 25 meter tanpa bantuan.
“Sejak ia masih kecil, saya telah mengajarkannya untuk merasa senang saat berada di dalam air. Ia benar-benar suka berada di air. Saat kami mengisi air untuk mandi, dia selalu berusaha masuk ke dalam bak meski belum waktunya mandi,” kata Kay. Leah pertama kali berenang ketika berusia empat bulan, kata Masters.
Leah telah mendapatkan sertifikat renang lima meter, sepuluh meter dan 25 meter dari Amateur Swimming Association (ASA), serta sertifikat untuk renang 50 meter pada bulan lalu di sebuah kolam dekat rumahnya di Gorleston, dekat Great Yarmouth di Norfolk.
Bocah pemecah rekor ini telah membuat para guru renangnya terkejut saat ia lulus tes khusus untuk anak-anak yang berusia tiga kali usia Leah. Umumnya, anak-anak mendapatkan sertifikat renang 50 meter setelah mereka berusia enam tahun.
Sebelumnya, Leah mendapatkan tiga sertifikat pertama dengan menggunakan gaya katak. Namun menurut peraturan ASA, ia diharuskan berenang dengan gaya yang ditentukan.
Leah kemudian memilih menggunakan gaya punggung, karena ia terlalu kecil untuk memakai gaya lainnya.
Pengelola klub renang setempat, Jane Tomlinson menyebutkan, tangan Leah masih sangat kecil, sehingga saat ia berenang dengan gaya punggung, ia hanya bisa mengeluarkan tangannya dari air ketika berada pada posisi yang tepat.
Leah mendapatkan sertifikat lima meter ASA saat usianya tepat mencapai dua setengah tahun, pada 17 Januari. Target Leah berikutnya adalah mendapatkan sertifikat renang 100 meter, lalu satu mil. Saudara laki-lakinya, Luke, sudah lebih dahulu berenang sejauh dua mil.

Ular Rumput Gagal Menyantap Katak Besar

Ular Bodoh
Ular Bodoh
Normalnya, diet hewan ini menyantap hewan seperti berudu hingga tikus dan sekali-sekali burung kecil. Namun, ketika ular rumput ini melahap seekor katak besar, dia harus berjuang keras untuk menelannya bulat-bulat. Berbagai upaya dilakukan ular tersebut, namun akhirnya dia harus melepaskan katak yang beruntung itu.
Kejadian ini terjadi di Hampshire, Inggris. Tatkala seorang ibu rumah tangga yang semula hanya mengamati serangan sang ular dan langsung mengabadikannya dan tanpa disadarinya momen berikutnya laksana sebuah film.
Awalnya, ular itu berhasil menangkap dan nyaris menelan bulat-bulat santapannya. Dalam satu jepretan kameranya tampak sebagian besar badan amfibi itu lenyap di dalam mulut sang ular dan berada di lehernya.
Selanjutnya, sang ular berjuang keras untuk menelan katak itu seutuhnya, namun kedua kaki katak itu masih terjulur keluar dan hal inilah mungkin yang menyusahkan sang ular untuk melahapnya habis.
Selang sepuluh menit, oleh karena kelelahan atau berbagai upaya gagal, akhirnya sang ular yang kelaparan itu melepaskan santapannya yang ternyata masih dalam keadaan hidup meski sekarat.
Sudah tidak aneh seekor ular rumput menyantap seekor katak. Ular biasanya berburu di dalam air dan kerap menyantap mangsanya dalam keadaan hidup-hidup.
Tetapi, katak biasa memancarkan bahan berbahaya melalui kulit mereka yang sudah mungkin membuat makhluk mana saja yang menyantapnya akan terasa pahit untuk ditelan.

Kopi Luwak : Setumpuk Kotoran Berharga Emas

Luwak
Luwak
Kalau Anda salah seorang penggemar kopi, aneh rasanya kalau belum pernah mendengar kopi luwak. Jenis kopi asli Indonesia ini,  konon merupakan jenis kopi termahal di dunia, bahkan sampai masuk ke Guiness Book of Records. Tidak heran,di pasaran dunia untuk sekilo kopi Luwak, orang harus membayar sekitar 13 juta rupiah. Sadis bukan..? Padahal kalau mendengar tentang proses “pengolahan” kopi Luwak, malah membuat orang jadi berpikir ulang untuk mengkonsumsinya.
Kopi Luwak adalah jenis kopi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang sejenis musang bernama Luwak (Paradoxurus Hermaphrodirus). Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Dengan harga yang tentunya selangit. Saat diterbitkannya artikel ini harga kopi luwak telah mencapai 5 kali lipat dari kopi termahal sebelumnya yaitu kopi dengan brand Blue Mountain dari Jamaica.
Di Amerika Serikat, terdapat kafe atau kedai yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang sangat mahal. Kopi yang dikais dari kotoran luwak ini bisa mencapai harga AS$100 per 450 gram di Amerika. Di Hongkong secangkir kopi luwak dapat dibeli dengan harga 300-400 ribu rupiah. Sedangkan di Kota Medan dapat dibeli dalam kemasan 4 ons dengan harga 1,5 juta rupiah. Hanya saja kebenaran kopi yang dijual adalah benar-benar kopi luwak atau bukan, masih dipertentangkan. Khususnya bagi mereka yang mengkonsimsinya di luar Indonesia.
Kemasyhuran kopi ini diyakini karena mitos pada masa lalu, ketika perkebunan kopi dibuka besar-besaran di Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai dekade 1950-an, di mana saat itu masih banyak terdapat binatang luwak sejenis musang. Binatang luwak senang sekali mencari buah buahan yang cukup baik termasuk buah kopi sebagai makanannya. Biji kopi dari buah kopi yang terbaik yang sangat digemari luwak, setelah dimakan dibuang beserta kotorannya, yang sebelumnya difermentasikan dalam perut luwak.
Habitat Luwak

Luwak yang suka di kopi
Luwak yang suka di kopi
Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan difermentasikan secara alami. Dan menurut keyakinan, rasa kopi luwak ini memang benar benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Beberapa  spesies luwak terdapat di Asia Tenggara, tetapi yang menghasilkan kopi dengan aroma terbaik adalah Luwak Indonesia (Paradoxurus Hermaphrodirus). Species ini berhabitat di Pulau Sumatra dan Jawa.
Secara tradisional petani memungut kotoran luwak di sepanjang Bukit  Barisan dari Padang sampai Lampung , dan dari pegunungan Gayo (Aceh) sampai dengan Bukit Tinggi , serta di lereng Gunung Ijen di Jawa Timur. Di lokasi-lokasi itulah terdapat perkebunan  kopi yang menjadi habitat luwak.
Produksi kopi luwak dari tahun ke tahun semakin merosot , dikarenakan luwak dianggap sebagai hama, atau binatang perusak, karena selain buah kopi,  luwak juga pintar mengkonsumsi buah- buahan yang siap dipanen, seperti : Pisang, Coklat, Pepaya, dan buah segar lainnya. Perilaku yang demikian menjadikan luwak sebagai binatang yang diburu petani.
Pemeliharaan
Harganya yang tinggi membuat orang-orang di Indonesia berusaha mengembangkan usaha kopi luwak dengan cara berternak luwak sekaligus menanam kopi. Hasilnya, timbullah beberapa tempat atau produsen kopi luwak di Sumatera dan Jawa.
Memang tidak gampang dalam memelihara dan mengembangbiakkan binatang luwak tersebut. Dengan pengamatan dan pengalaman dari serangkaian proses percobaan yang panjang, akhirnya binatang tersebut bisa dipelihara dan dikembangbiakkan.
Binatang luwak / musang ( Paradoxurus Hermaphrodirus) termasuk binatang buas (Carnivora ) pemakan daging. Selain itu binatang ini juga menyukai buah – buahan seperti pisang , pepaya , jambu  dan buah kopi.  Karena pemakan daging, binatang ini cenderung berperilaku kanibal bila dikumpulkan dengan luwak yang lebih kecil, karenanya kandang dibuat satu per satu.
Seminggu sekali untuk menambah protein diberi daging ayam dan selama tidak ada buah kopi Luwak diberi makan buah-buahan.  Pada musim kopi , binatang luwak dapat menghabiskan  0,88  -  1,15 Kg kopi glondong per hari.  Buah kopi yang diberikan adalah buah kopi yang masak dan segar. Biji kopi yang dimakan mengalami  proses fermentasi selama +/-12 jam dalam perut luwak yang mengandung berbagai macam enzim. Biji tersebut kemudian keluar bersama kotoran pada proses ekskresi.
Luwak adalah binatang yang suka tinggal di tempat yang bersih. Bahkan ketika membuang kotoranpun luwak memilih tempat yang bersih, misalnya di tanah yang kering, di atas bebatuan, dan di atas batang pohon yang tumbang.  Karenanya, kandang pemeliharaan luwak harus dijaga kebersihannya setiap hari.
Luwak memakan buah kopi  (Cherries). Pada buah kopi yang matang terdapat sejenis aroma yang sangat khas , wangi seperti buah anggur atau buah lechi sehingga disukai oleh luwak. Secara naluri luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang  , dan punya aroma khusus.
Buah kopi yang dimakan oleh luwak, diproses melalui sistem pencernaan  dan kemudian dikeluarkan  dalam bentuk kotoran berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur lendir.  Kotoran tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. Proses selanjutnya adalah dikeringkan dengan sinar matahari  sehingga menjadi biji kopi luwak.
Proses pengolahan kopi luwak sama dengan pengolahan kopi umumnya. Perbedaannya hanya pada proses giling yang digantikan oleh luwak.  Fermentasi  terjadi di dalam perut luwak. Biji kopi tercampur dengan  enzim – enzim yang ada dalam perut luwak. Suhu dalam perut  yang mencapai >  26O C  membantu proses  fermentasi sempurna.  Kedua keistimewaan  ini menghasilkan aroma dan cita rasa  kopi  luwak   yang enak dan khas  disamping  kelebihan – kelebihan yang lain.
Namun biar bagaimanapun baiknya pengolahan kopi luwak hasil pengembangbiakan, tetap saja orang beranggapan kopi luwak dari hasil fermentasi luwak liar lebih nikmat rasanya. Hingga dipasaran orang cenderung mencari kopi luwak bukan dari peternakan. Meskipun tak jelas kebenarannya.
Kopi luwak telah berulang kali diperlihatkan dalam beberapa film. Misalnya sebuah sinetron hongkong yang menceritakan, perjalanan seseorang dari Indonesia dengan membawa pulang kopi luwak sebagai oleh-oleh bagi rekan kerjanya. Lalu film-film produksi Hollywood yang dibintangi oleh aktor sekelas Jack Nicholson juga pernah mempertontonkan sang aktor meminum kopi luwak.
Hebatnya lagi, kepopuleran kopi asli Indonesia ini sempat menarik minat presenter kelas dunia Oprah Winfrey hingga pada tahun 2003, ia memperkenalkan dan memperagakan cara menyeduh kopi luwak dalam acara reality shownya yang sangat terkenal The Oprah Winfrey Show. Wow,..sebuah prestasi tinggi untuk setumpuk kopi yang keluar dalam bentuk kotoran seekor luwak.

Champ : Monster Penghuni Danau Champlain

Penampakan Cham
Penampakan Cham
Orang awam tentu sudah akrab dengan legenda “Nessie”, sosok  mahluk misterius penghuni Danau Loch Ness di Skotlandia. Tanda tanya besar seputar keberadaan mahluk ini telah mendongkrak kunjungan wisata ke danau itu. Namun ternyata kisah monster danau seperti Nessie bukan hanya terdapat di Skotlandia. Awal Juni lalu, hasil rekaman seorang turis di Danau Champlain Amerika, kembali menghidupkan legenda mahluk penghuni danau Champlain yang biasa di sebut Champ. Apakah mahluk ini nyata..? atau sekedar fenomena ciptaan yang diharap  mampu menarik wisatawan..?
Danau Champlain (Bahasa Perancis: lac Champlain) adalah danau air tawar alami di Amerika Utara yang berbatasan dengan Kanada. Danau Champlain terletak di lembah Champlain di antara pegunungan Hijau di Vermont dan pegunungan Adirondack di New York, di serap ke utara oleh sungai Richelieu ke sungai St. Lawrence di dekat Montreal. Di danau inilah rumor tentang monster bernama Champ berkembang.
Champ bagi para penduduk lokal di sekitar Danau Champlain adalah kebanggaan tersendiri. Walaupun monster ini tidak sepopuler Nessie di Skotlandia, namun misteri Champ juga menarik banyak para pemburu monster dari seluruh dunia.
Awal Juni 2009 yang lalu, Eric Olsen (37) seorang penduduk Kota Burlington secara tidak sengaja mengabadikan sesosok mahluk yang bergerak diatas permukaan Danau Champlain dekat Oakledge Park. Hasil rekaman berdurasi hampir dua menit itu memicu diskusi baru mengenai monster danau Champlain yang legendaris itu.
Di beberapa bagian dalam rekaman itu, objek itu kelihatannya seperti mengangkat kepalanya di atas permukaan air. Di bagian lain, apa yang sepertinya bagian badan makhluk itu sepanjang beberapa kaki juga dapat terlihat.
”Aku hanya sedang merekam situasi danau ketika disudut mataku aku melihat sesuatu yang sedang bergerak. Aku segera mengalihkan kameraku kepadanya. Anda dapat melihat makhluk itu bergerak secara horizontal dan vertikal, naik turun permukaan air. Terlihat ia memiliki tubuh yang panjang”, kata Olsen, yang bekerja sebagai seorang Web Developer dan musisi.
Olsen lalu memposting videonya di Youtube. Tidak berani memastikan bahwa yang direkamnya adalah Champ, ia hanya memberi judul videonya ”Strange Sighting on Lake Champlain.”
Loren Coleman, seorang ahli kriptozologi (bidang ilmu yang mempelajari mahluk yang seharusnya tidak ada atau mahluk-mahluk legenda) terkenal yang bermarkas di Portland, Maine, mengatakan bahwa rekaman Olsen adalah salah satu bukti terbaik sampai hari ini mengenai Champ. “Kita harus segera mencari tahu apa yang terlihat disitu. Film itu harus diteliti dengan serius,”kata Coleman.
Sebelum rekaman Eric Olsen, foto Champ yang terbaik adalah sebuah foto yang diambil tahun 1977 oleh Sandra Mancy dari Bristol ketika ia sedang berpiknik di danau itu dengan keluarganya. Foto itu diteliti dan dinyatakan asli hingga ditampilkan oleh majalah Time dan harian The New York Times.
Mancy yang sekarang 66 tahun saat menyaksikan video Olsen mengatakan bahwa ada beberapa kesamaan dan juga perbedaan antara apa yang dilihatnya pada tahun 1977 dengan apa yang terekam oleh Olsen.
”Aku memang melihat kesamaan bentuk kepala,” Katanya sambil membandingkan fotonya dan video Olsen. ”Satu hal yang berbeda adalah ukuran panjang leher. Di rekaman itu, ukuran lehernya kurang panjang. Namun apapun yang dilihat Olsen, paling tidak ada hubungan dengan apa yang kulihat,” tuturnya.
Scott Mardis dari Winooski, seorang ahli kriptozologi yang lain yang telah menghabiskan banyak waktu untuk meneliti legenda Champ mengatakan bahwa rekaman Olsen sangat meyakinkan dan terlihat asli.
”Rekaman itu tidak terlihat seperti direkayasa objek di dalam rekaman itu memiliki tekstur yang sama dalam semua frame. Tidak terlihat seperti hasil rekayasa komputer,” Kata Mardis. Mardis dan Coleman mengatakan bahwa gerakan objek itu menunjukkan bahwa makhluk itu bukan berang-berang, rusa besar atau mamalia umum lainnya. Keduanya berpendapat bahwa makhluk itu kemungkinan seekor spesies anjing laut yang baru dengan leher panjang. Sementara selama ini sebagian ahli berpendapat bahwa Champ adalah seekor berang-berang. ”Memang banyak kemungkinan, namun apabila makhluk itu adalah anjing laut yang salah habitat, pasti akan menarik,”kata Coleman.
Ellen Marsden, seorang profesor biologi di Universitas Vermont memberikan pendapatnya bahwa makhluk itu kemungkinan seekor rusa besar yang sedang stress, bukan berang-berang.”Ikan atau makhluk air lainnya jarang bergerak selambat itu di air. Makhluk itu sepertinya tidak nyaman di dalam air. Ia berenang seakan-akan ada sesuatu yang salah,” kata Marsden. Ia juga berkata bahwa anjing laut tidak berenang dengan punggungnya keluar dari air.
Si perekam Eric Olsen mengatakan bahwa, ia belum pernah melihat objek itu sepenuhnya keluar dari danau. Ia berhenti merekam setelah dua menit karena terbatasnya memori ponselnya dan ia takut apa yang direkamnya akan hilang.
Selain rekaman rekaman Olsen, ABC News baru-baru ini juga mendapatkan sebuah video ekslusif yang menunjukkan seekor makhluk bergerak di dalam danau Champlain. Video itu diambil oleh dua orang nelayan dengan kamera digital pada musim panas yang lalu. Sebelumnya kedua nelayan tersebut tidak percaya bahwa Champ benar-benar ada.
“Kami 100 persen yakin dengan apa yang kami lihat, namun kami tidak yakin 100 persen makhluk apa itu.” kata Peter Bodette, salah seorang dari nelayan tersebut. Sementara nelayan satunya lagi yang bernama Dick Affolter mengatakan, “Makhluk itu membuat aku merinding, aku belum pernah melihat makhluk seperti itu sebelumnya. Kami tidak melihat keseluruhan tubuhnya, namun kadang-kadang kami melihat beberapa bagian tubuhnya muncul ke permukaan” Sampai sejauh ini, sudah ada ratusan laporan penampakan Champ. “
Orang-orang melaporkan melihat sesuatu yang tidak biasa di danau, sesuatu yang seharusnya tidak ada di danau Champlain. Kemungkinan makhluk itu adalah makhluk purba yang seharusnya sudah punah.” Tulis Lohr McKinstry, reporter Press Republican yang telah menulis tentang Champ selama lebih dari 20 tahun.
Sesungguhnya Fenomena Champ telah dimulai sejak 1880 ketika PT Barnum, seorang pemilik sirkus terkenal menawarkan $50.000 bagi siapa saja yang dapat menangkap Champ, hidup atau mati. Para pemburu dan nelayan berlomba-lomba menangkap makhluk itu, namun tidak ada seorangpun yang berhasil.

Ikan Paus Purba

Sang Monster
Sang Monster
Danau Chaplaine memiliki berbagai macam spesies kehidupan, ribuan tahun sebelum manusia datang untuk mengganggu mereka. Kisah sebenarnya dari danau ini terkubur jauh dari memori manusia. Ahli geologi dari Universitas Vermont, yang dipimpin oleh Dr. Rob Young bertekad untuk mengungkap sejarah tersebut.
Dengan menggunakan peralatan hidrolik, mereka mengobor tanah dipinggiran rawa danau untuk mengambil sempel sedimen tanah. Hasilnya usia danau ini lebih tua dari yang banyak diprediksikan. 10.000 tahun yang lalu, danau air asin ini adalah laut. Disepanjang tepi danau Champlaine, ditemukan penemuan-penemuan luar biasa. Kerangka hewan misterius yang berenang menuju danau dan terdampar. Peristiwa itu terjadi pada masa danau terbuka menuju laut di zaman es 12.000 tahun yang lalu. Dan hewan misterius itu diperkirakan jenis ikan paus prasejarah.
Pernyataan itu didukung oleh ahli zoologi Richard Smith yang telah meneliti fenomena Champ selama beberapa tahun. “Dalam skala waktu geologis, danau mengalami perubahan kataklismik. 12.000 tahun yang lalu, zaman es berakhir. Glester tarakhir mencair, lalu laut membanjir. Danau Champlaine terhubung langsung ke laut selama 1500 juta tahun, sampai daratan naik kembali. Itu sebabnya di tepi danau penuh fosil hewan sungai yang terdampar, bahkan dengan mata telanjang kita dapat melihatnya,” jelasnya
Ada kisah-kisah monster dari ratusan danau di seluruh dunia, dari Loch Ness sampai ke negara tetangga kita, Papua New Guinea. Namun Richard Smith yakin bahwa monster Champ yang ini berbeda. Bagi mamalia pemangsa besar, untuk dapat bertahan hidup, habitatnya harus lulus dari ujian penting dimasa depan. Dan Smith percaya Champlain lulus dari ujian itu. Ia percaya, air berlimpah dengan tumbuhan dan hewan-hewan kecil menyokong kehidupan pemangsa besar seperti Champ.
Pada akhirnya kita tentu berharap, apa yang dikatakan Richard dan ilmuwan lainnya nyata adanya. Banyak kisah monster danau dapat di jelaskan dari kebutuhan manusia untuk menyebarkan ketakutan atau mencari keuntungan semata. Tapi paling tidak kisah Champ menawarkan bukti fisik yang menarik.

Segitiga Bermuda: Misteri di Samudera Atlantik

Ini merupakan satu misteri besar dalam sejarah. Sebuah wilayah di kawasan Samudera Atlantik yang menelan banyak korban. Dilaporkan ratusan kapal laut dan pesawat udara hilang di areal ini, lenyap sama sekali tanpa bekas. Zona maut yang dikenal sebagai Segitiga Bermuda (Bermuda Triangle)!
Zona itu membentuk segitiga imajiner seluas 4 juta km persegi. Segitiga itu akan terbentuk di peta seandainya sebuah garis ditarik dari Kepulauan Bermuda (teritorial Inggris) sebagai titik di wilayah utara; menuju ke Puerto Rico (AS) sebagai titik di selatan; kemudian diteruskan ke Miami (Negara Bagian Florida, AS) sebagai titik di barat; dan garis terakhir ditarik dari Miami menuju Kepulauan Bahama.
Kisah tentang keanehan di kawasan Samudera Atlantik itu tidak diketahui pasti sejak kapan persisnya, namun berbagai cerita yang berkembang merujuk sejak masa pelayaran pertama melintasi daerah barat daya Kepulauan Bermuda.
Bahkan Christopher Columbus pernah mencatat misteri yang terjadi di sini dalam pelayaran penjelajahan samuderanya. Tahun 1942, saat Colombus bergerak menuju Amerika, ia melintasi Samudera Atlantik yang termasuk kawasan Segitiga Bermuda. Ia mencatat tentang laut yang tampak aneh walau cuaca tampak baik. Kompas kapal-nya tiba-tiba mengalami kekacauan, berputar tak tentu arah. Colombus mencatat, pada suatu malam kru kapalnya melihat pijar bola-bola api di angkasa yang menghujam laut. Namun seluruh pelayaran Colombus terbilang aman.
Menurut catatan lain, sebuah kapal Atlanta berbendera Inggris (1880) dilaporkan lenyap dikawasan Segitiga Bermuda.
Seluruh penumpang berjumlah ratusan pelaut dan perwira AL Inggris lenyap tak berbekas. Lalu Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles lenyap ketika berlayar dalam konvoi. Iring-iringan kapal lain hanya melihatnya cahaya kapal itu terakhir kali sebelum hilang tanpa bekas. Insiden lain kapal tanker Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama pada Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi wilayah Segitiga Bermuda menuju utara arah South Carolina.
Masih banyak lagi kapal-kapal laut yang dilaporkan hilang di wilayah yang juga dijuluki Segitiga Setan (Devil’s Triangle) itu. Tak kurang dari ratusan kapal lenyap tanpa bekas sama sekali. Dan bukan hanya kapal-kapal laut, pesawat terbang juga tak luput dari naas.
Sebut saja yang terbesar adalah hilangnya satu skuadron pesawat latih AL AS, Flight 19 pada 5 Desember 1945. Lima pesawat pembom Grumman TMB-3 Avenger itu lenyap beserta 14 pilot dan kru-nya. Satu insiden dalam dunia penerbangan yang paling menghebohkan. Bahkan satu pesawat amfibi PBM Mariner yang mengemban misi penyelamatan kelima pesawat itu mengalami nasib serupa, hilang di Segitiga Bermuda sekitar beserta 13 kru dan tim SAR.
Semua kapal laut atau pesawat udara yang dilaporkan hilang di Segitiga Bermuda, memang tidak pernah ditemukan bangkainya bahkan seluruh korban manusianya juga hilang tanpa bekas. Inilah yang membuat banyak ahli pusing dan berspekulasi mengenai sebab musabab peristiwa seperti itu bisa terjadi.
Beberapa Teori Penjelasan
Sampai tahun 1999 saja, tercatat masih ada kapal modern berukuran besar yang hilang tanpa jejak di Segitiga Bermuda. Banyak teori yang kemudian dihubung-hubungkan dengan peristiwa yang terjadi di Segitiga Bermuda. Kenyataannya, misteri di Segitiga Bermuda belum jua terkuak hingga kini.
Dari sekian banyak teori, ada yang menyebutkan teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, teori anomali magnetik-gravitasi. Di samping itu masih ada teori tentang fenomena gempa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Dan ada juga yang menghubungkannya dengan UFO dan menghilangnya Benua Atlantis.
Dari sekian banyak konsep dan teori yang berupaya menjelaskan fenomena alam itu, justru Lawrence David Kusche memberikan penjelasan kontroversial. Dalam bukunya The Bermuda Triangle Mystery Solve (1975), Kusche mematahkan semua anggapan dan teori spekulasi yang diajukan terhadap Segitiga Bermuda. Ia lebih menganggap peristiwa yang terjadi di kawasan itu terlalu dibesar-besarkan.
Beberapa kesimpulan Kusche: kapal-kapal dan pesawat terbang yang dilaporkan hilang di daerah tersebut tidak begitu besar secara signifikan bila dibandingkan dengan yang terjadi di belahan samudera lainnya. Ia menyatakan, dalam daerah yang sering mengalami badai tropis, jumlah yang hilang itu sebagian besarnya tidaklah begitu menyolok ataupun bersifat misterius.
Kusche beranggapan, angka-angka yang menunjukkan jumlah korban itu sendiri cenderung membesar-besarkan hasil riset. Misalnya, sebuah kapal boat dinyatakan hilang, namun akhirnya dia kembali dan tidak dilaporkan. Ia juga “menyindir” para penulis yang terlalu membesar-besarkan perihal misteri di Segitiga Bermuda walau datanya kurang atau karena salah tafsir demi kepentingan sensasi.
Apapun ceritanya, setidaknya Segitiga Bermuda tetap menyimpan misteri. Banyak ahli masih mengkaji fenomena alam ini. Masih diperlukan penjelasan ilmiah yang bisa menjawab semua pertanyaan besar itu tanpa keraguan. (berbagai sumber)
Lenyapnya Flight 19!
Satu kisah yang mengubah mitos Segitiga Bermuda adalah misteri hilangnya Flight 19. Skuadron 5 pesawat pembom AL AS itu hilang tanpa jejak di kawasan Segitiga Bermuda saat melakukan latihan rutin. Bahkan satu pesawat amfibi tim penyelamat pertama yang mencoba mencarinya juga dilaporkan hilang beserta seluruh kru dan tim SAR.
Hari itu 5 Desember 1945. Di Naval Air Station Fort Lauderdale (pangkalan udara AL AS), Florida, lima pesawat pembom TBM Avenger dipersenjatai dan bahan bakar diisi penuh untuk penerbangan lima jam. Kru darat melaporkan kelima pesawat pembom itu laik terbang dan kondisi mesinnya prima. Kelimanya dipersiapkan untuk latihan terbang tempur rutin.
Pukul 14.10, kelima pesawat itu dengan kode penerbangan Flight 19 lepas landas dari pangkalan dengan pilot pelatih Letnan Charles Taylor yang juga menjadi komandan penerbangan. Taylor dikenal sebagai pilot tempur yang cakap dan berpengalaman pada perang Pasifik melawan Jepang di masa Perang Dunia II. Ia akan melatih 14 pilot, navigator dan juru tembak pesawat melakukan manuver tempur dan pemboman di sekitar Samudera Atlantik.
Misi latihan ini melewati rute penerbangan ke timur sejauh 56 mil menuju Beting Hens and Chickens, di selatan Grand Bahama untuk melakukan latihan pemboman rendah sebelum manuver ke 67 mil ke timur, 73 mil ke utara dan lantas 120 mil kembali ke pangkalan di Lauderdale.
Hari itu cukup cerah. Bagian pertama misi berlangsung lancar sampai sesi pengeboman di Beting Hens and Chickens sekitar pukul 14.30. Pada pukul 14.40 seluruh formasi pesawat bergabung kembali dan mengarah ke timur menuju Great Stirrup Cay yang terletak 67 mil mengarah ke timur dan 113 mil ke timur Florida.
Awal Tragedi
Sekitar pukul 15.10 mereka menuju ke arah baratdaya. Dari sini komunikasi sesama pesawat latih terdengar membingungkan. Kru darat yang memantau latihan menafsir bahwa telah terjadi sesuatu di atas sana, namun ia belum mendapat konfirmasi dari komandan latih yakni Lt Taylor.
Pukul 15.45, Letnan Robert Cox, instruktur penerbangan senior yang sering terbang mengitari Fort Lauderdale dan bergabung dengan skuadron latih, memantau Flight 19. Ia mendengarkan prosesi latihan melalui radio komunikasi yang mulai kacau.
Pukul 16.00, Letnan Taylor mengontak Letnan Cox bahwa kedua kompas miliknya rusak dan ia kehilangan arah penerbangan. Lewat radio ia memberitahu bahwa pesawatnya berusaha untuk kembali ke Fort Lauderdale dan kemungkinan sedang melintas di Florida Keys. Namun, ia tak bisa memastikan arah penerbangan untuk kembali ke pangkalan.
“Saya berada di ketinggian 2.300 kaki. Jangan datang kemari.” Letnan Taylor merasa yakin bahwa dia sudah berada di kawasan Florida Keys yang mengarah menuju utara ke Teluk Meksiko.
Dipantau ketat melalui radio, setelah terbang ke utara selama sejam, Taylor kembali ke arah timur yang diyakininya akan membawa seluruh skuadron kembali ke arah Florida menuju pangkalan. Waktu berlalu dan senja mulai menyarungi angkasa, namun kelima pesawat belum juga mendarat di pangkalan.
Saat malam menjelang, pada pukul 18.04 transmisi radio terakhir terdengar dari Flight 19 yang mengindikasikan mereka berada di utara Bahama dan jauh di timur Florida. Letnan Taylor menyatakan bahwa bahan bakar pesawat pembom yang mereka terbangkan semakin menipis.
Pada 18.20, Taylor berinisiatif untuk meneruskan perjalanan ke arah timur. Ia memberi perintah darurat kepada seluruh pilot untuk merapatkan formasi agar bisa saling memantau. Lalu terdengar transimisi terakhir yang terpotong-potong: “Kita akan mendarat begitu melihat daratan… jika bahan bakar tinggal 10 galon, maka kita melakukan pendaratan di laut…”. Pada masa genting ini komunikasi radio dengan Flight 19 mengalami gangguan. Suaranya tak jelas kabur dan akhirnya menghilang. Suara terakhir yang terpantau adalah: “We are entering white water…, nothing seems right. We don’t know where we are, the water is green, no white….”
Misi Pencarian
Sampai pukul 19.00 ternyata tidak ada kabar lagi dari Flight 19. Kru darat di Fort Lauderdale kemudian meminta bantuan seluruh penerbangan AL AS untuk melakukan pencarian. Panggilan darurat itu dijawab dengan mempersiapkan sebuah pesawat amfibi Martin PBM Mariner dengan tim SAR laut militer. Semua kru dan tim berjumlah 13 orang.
Pukul 19.47, pesawat itu mengudara dan menjalankan misi pencarian. Namun naas, 23 menit setelah mengudara transmisi radio dari pesawat pencari ke darat tiba-tiba terputus. Dan tidak ada kabar mengenai pesawat tersebut. Belakangan ada laporan dari dua tanker yang berlayar di sekitar perairan tersebut bahwa mereka melihat bola api menghujam ke laut. Namun setelah mendekat ke arah jatuhnya bola api, mereka hanya menemukan sejumput genangan minyak tanpa ada bekas lain.
Pencarian berskala besar pun dilakukan yang berlangsung hingga 10 Desember 1945. Dilakukan penyisiran di seluruh kawasan yang mungkin bisa dilalui Flight 19, namun hasilnya tetap nihil.
Misi pencarian ini adalah yang terbesar dalam sejarah yang melibatkan ratusan kapal laut dan pesawat udara. Namun, kelima pesawat dalam Flight 19 tidak ditemukan jejaknya sama sekali begitu juga pesawat penyelamat PBM Mariner. Belakangan disimpulkan, pesawat penyelamat yang hilang itu diduga meledak karena kebocoran bahan bakar. Tetapi lima pesawat lain sama sekali tidak diketahui bagaimana persisnya mereka bisa menghilang.
Berbagai penjelasan dibuat untuk mengungkap misteri ini, namun hasilnya tetap saja tidak memberikan solusi pasti. Inilah bencana terbesar dalam sejarah penerbangan yang menambah seram misteri Segitiga Bermuda.

Badai Matahari 2011 Dijadikan Isu Kiamat


Badai Matahari Tahun 2012
Badai Matahari Tahun 2012
Ramalan akan adanya kiamat pada 2012 dari suku Maya sebenarnya belum diketahui dasar perhitungannya. Namun, isu kiamat ini sudah menyebar luas lewat media Internet melalui “badai matahari” yang diprediksi terjadi tahun 2011-2012.
Menurut sumber space.com, badai marahari adalah fenomena alam yang terjadi pada matahari ketika terlemparnya proton dan elektron akibat aktivitas magnetik matahari yang biasanya terjadi 11 tahun sekali. Jadi puncak aktivitas matahari pernah terjadi pada 1979, 1989, dan 2000. Akibat aktivitas magnetik tersebut, gelombang magnetik yang mengarah ke bumi menghalangi sinyal-sinyal komunikasi.
Oleh karena itu seluruh alat komunikasi yang menggunakan sinyal elektromagnetik tidak bisa berfungsi dengan baik termasuk ponsel dan Global Positioning System (GPS). Para ahli menyatakan bahwa aktivitas semburan badai matahari ini terus meningkat setiap periodenya dan puncaknya akan terjadi pada tahun 2011 atau 2012.
Bahkan Fenomena ini juga sangat berpengaruh pada pembangkit listrik jika terus dinyalakan pada saat badai berlangsung karena medan magnet bumi yang tidak stabil. Jika pembangkit listrik tersebut rusak maka dibutuhkan waktu sekira 2 tahun untuk membangunnya kembali. Hal ini memaksa masyarakat untuk kembali hidup tanpa listrik hingga pembangkit listrik baru selesai dibangun.
Pakar Antariksa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Dr thomas Djamaluddin, menegaskan, badai matahari yang diprediksikan kemunculannya sekitar tahun 2011-2012 tersebut tidaklah menimbulkan kiamat. Badai matahari tidak berdampak langsung pada manusia, namun tetap berdampak pada benda-benda astronomi yang berada di sekitarnya.

Monday 28 February 2011

Tabrakan Galaktika Jelaskan Tentang Materi Gelap


Galaksi
Galaksi
Teleskop antariksa telah menangkap citra tabrakan dahsyat antara dua rumpun galaksi yang menjelaskan material gelap misterius di alam semesta, NASA menyatakan.
Citra yang diambil Teleskop Antariksa Hubble dan Observatorium Sinar-X Chandra memperlihatkan pemisahan yang jelas antara materi gelap dan materi biasa dalam tabrakan yang jauhnya 5,7 miliar tahun cahaya dari Bumi itu, kata badan antariksa AS tersebut, Rabu.
Para astronom mampu membedakan antara kedua zat dengan teknik yang dikenal sebagai gravitational lensing, di mana materi gelap tampak berwarna biru, sedangkan materi biasa, yang sebagian besar dalam bentuk gas panas, tampak berwarna pink.
Saat kedua rumpun bergabung dengan kecepatan jutaan mil per jam, gas panas dalam setiap rumpun bertabrakan dan mengurangi kecepatannya, tutur mereka, seperti dilaporkan AFP. Namun, tidak demikian halnya dengan materi gelap.
Separasi antara materi biru dan pink memberikan bukti langsung atas eksistensi materi gelap dan saling mendukung partikelnya saling berinteraksi secara lemah sekali atau tidak sama sekali, selain dari tarikan gravitasi, ujar para astronom.
“Itulah langkah penting menurut hemat kami menuju pemahaman atas karakteristik materi gelap misterius itu,” kata Marusa Bradac, peneliti dari Universitas California di Santa Barbara, yang mempimpin tim yang menangkap tabrakan itu.
“Materi gelap lima kali lebih banyak di alam semesta ketimbang materi biasa. Pengkajian ini memberikan konfirmasi bahwa kita menghadapi sejenis materi yang berbeda sama sekali, tak seperti yang kita bayangkan,” katanya. “Dan kita bisa mengkajinya dalam tabrakan sangat kuat dari dua rumpun galaksi.”
Penemuan tersebut mengukuhkan secara independen berbagai penemuan pada 2006 atas tabrakan lainnya yang dikenal sebagai Bullet Cluster, yang juga memperlihatkan pemisahan jelas antara materi gelap dan materi biasa.
Namun demikian, dengan teknologi saat ini, separasi tak dapat dilihat secara langsung. Keberadaannya dirasakan secara tak langsung, melalui tarikan gravitasi yang digunakannya pada cahaya.

Di Balik Misteri Munculnya Kapten Kapal Titanic

Kapten Edward John Smith
Kapten Edward John Smith
Dua orang korban musibah Kapal Titanic pada tahun 1912, tiba-tiba muncul dalam keadaan masih hidup. Secara fisik mereka tidak berubah persis seperti semula.

Teori lorong waktu telah menjawabnya. Misteri peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dan yang membuat gempar adalah nasib mujur kemunculan kembali korban Kapal Laut Titanic yang masih hidup. 
Di antara kedua korban yang beruntung ini, yang satu adalah seorang penumpang wanita yang ditemukan pada tahun 1990, dan lainnya lagi adalah seorang kapten kapal Titanic yang ditemukan pada tahun 1991. Kapten kapal Smith ditemukan pada tanggal 9 Agustus 1991, setahun setelah ditemukannya seorang korban yang beruntung bernama Wenny Kathe, dia diselamatkan dari atas gunung es.
Selama berpuluh-puluh tahun hanyut terapung-apung di atas lautan, namun tidak membuatnya kelihatan tua dan lemah, Kapten Smith yang meskipun telah berusia 139 tahun, namun masih tampak seperti orang yang berusia 60 tahun lebih, dan bahkan dia masih menganggap bahwa saat itu adalah masa-masa sekitar tenggelamnya Kapal Titanic pada tanggal 15 April 1912.

Kapal Titanic
Kapal Titanic
Melalui identifikasi sidik jari yang masih tersimpan dalam catatan pelayaran laut, maka bisa dipastikan identitas Kapten Smith. Seorang lagi korban musibah Kapal Titanic, Wenny Kathe yang berusia 29 tahun diselamatkan di atas gumpalan es Samudera Atlantik Utara pada tanggal 24 September 1990. Namun yang membuat orang terkejut adalah sejak dia hilang pada tahun 1912 hingga sekarang, tidak terlihat tanda-tanda tua sedikitpun juga. Dia ditemukan dan diselamatkan di atas gumpalan es 363 km barat daya Islandia.
Kantor pelayaran telah menemukan daftar nama penumpang Kapal Titanic dan menegaskan keaslian identitas dirinya. Smith, kapten kapal Titanic dan penumpangnya Wenny Kathe adalah saksi hidup orang hilang yang muncul kembali melalui lintasan lorong waktu.
Oleh karena mereka menghilang dan muncul kembali secara misterius, maka hal ini sangat menarik perhatian orang banyak. Ilmuwan Amerika Ado Snandick berpendapat, mata manusia tidak bisa melihat keberadaan suatu benda dalam ruang lain, itulah obyektifitas keberadaan lorong waktu. Dalam sejarah, orang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya yang hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya adalah masuk ke dalam lorong waktu yang misterius ini.
Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena terkadang ia akan membukanya.

Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut, waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku.

Dok titanic
Dok titanic
Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi secara misterius.
Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam membeku, maka meskipun telah hilang selama 3 tahun, 5 tahun, bahkan 30 atau 50 tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau setengah hari. Dalam ajaran Buddha terdapat satu bait penuturan: “Bagaikan sehari di kahyangan, tapi rasanya sudah ribuan tahun lamanya di bumi,” tampaknya memiliki makna kebenaran yang sangat dalam.

Yue Ya Quan : Pesona Danau Bulan Sabit

Jendral Li Guang yang sakti mandraguna mencabut pedangnya dan menghujamkan ke dalam pasir. Seketika, muncul air yang begitu jernih dan terus mengalir hingga kini. Mata air itu menjadi sebuah telaga atau danau kecil berbentuk bulan sabit. Orang barat biasa menyebutnya Crescent Moon Lake atau Danau Bulan Sabit.

Danau Bulan Sabit
Sedangkan orang China menyebutnya Yue Ya Quan. Hebatnya lagi, Danau itu tak pernah kering. Bahkan di musim terpanas sekalipun. Letaknya yang berada di tengah lautan pasir, membuat keberadaanya begitu mempesona. Yue Ya Quan menjadi tempat yang paling sering dikunjungi wisatawan di Provinsi Gansu.
Yue Ya Quan berada kurang lebih 7 kilometer sebelah selatan Kota Dunhuang yang masuk dalam wilayah provinsi Gansu. Dunhuang pada zaman kuno adalah kota penting di Jalan Sutra yang ramai, kebudayaan Timur dan Barat berbentur di sini. Kota ini sangat ramai dengan kedatangan kafilah dan saudagar.
Yue Ya Quan dulunya oleh penduduk setempat dinamakan Sumur Padang Pasir. Tempat ini begitu misterius dan memiliki keindahan yang tiada banding. Kabarnya 2000 tahun lalu, seorang raja dari Dinasti Han pernah menemukan seekor kuda sakti dan tangguh di mata air ini.
Panjang danau dari sisi utara ke selatan kurang lebih 100 meter. Sementara dari sisi timur ke barat, lebarnya mencapai 25 meter. Bagian timur danau kedalaman air mencapai 5 meter. Sedangkan di bagian barat jauh lebih dangkal.
Keistimewan mata air ini adalah letaknya yang dikelilingi gundukan gurun pasir dengan tinggi puluhan meter. Hingga ketika angin berhembus pasir bertebangan keberbagai penjuru. Anehnya, pasir itu tak pernah jatuh kedalam kolam. Yang lebih aneh lagi, sejak ribuan tahun lalu tak pernah sekalipun air danau ini kering. Padahal kondisi di gurun yang bernama Minsha itu sangat panas dan kering.
Di tepi selatan mata air yang juga dijuluki “a pearl north of the Great wall” ini, ada sebuah paviliun dengan pagoda 9 tingkat setinggi 12 meter. Diameter pagoda berkisar 7 meter. Bangunan ini berdiri anggun dan kontras dengan keberadaan mata air ditengah gurun itu.
Bangunan yang dulunya merupakan kediaman raja ini memiliki beberapa ruangan diantaranya adalah Empress Palace (niangniangdian), Dragon Royal Palace (longwanggong), Boddhisattwa Palace (Pusadian), God of Medicine Cave (yaowangdong), Scripture Hall (jingtang), Thunder Spirit Table (leishentai), dan masih banyak lagi.
Kajian Ilmiah


Airnya tak pernah surut
Secara ilmiah para ilmuwan beranggapan Yue Ya Quan adalah oasis yang berhubungan dengan Dang River (sungai dang) yang berada tak jauh dari mata air berbentuk sabit itu. Karena pergeseran kulit bumi, maka tertutuplah jalur yang menghubungkan mata air dan sungai itu. Yue Ya Quan akhirnya menjadi oasis yang independent.
Dibawah danau kecil itu terdapat lebih dari satu sumber air yang senantiasa mengeluarkan air dengan debet tetap. Ketika musim panas tiba, petani sekitar daerah itu mengalirkan air danau itu ke ladang-ladang mereka. Saat itu jumlah air di oasis itu menurun hingga setengah. Namun tak lama berselang, jumlah air akan kembali normal.
Di sekitar Yue Ya Quan ditumbuhi rumput dan pepohonan yang rimbun disis timur. Air pada permukaan danau tenang seperti cermin dan tembus pandang hingga ke dasar danau itu. Gurun pasir yang berwarna keemasan, langit yang biru serta awan putih, memantul jelas pada permukaan air danau bulan sabit. Hasilnya,.wow…!! Sebuah pemandangan yang indah dan menakjubkan.
Terdapat 2 jenis kodok dan 2 jenis ikan di tempat itu. Salah satu dari jenis ikan adalah dari jenis yang sangat langka yaitu ikan Tiebei Yu yang berarti ikan berpunggung besi. Sementara tumbuhan yang langka di mata air itu adalah Rumput Air Tujuh Bintang yang dalam bahasa China disebut Qixing Cao. Konon memakan ikan dan rumput langka ini bisa menghilangkan penyakit dan membuat orang panjang umur. Hingga Yue Ya Quan juga disebut Yao Quan atau Mata Air Obat.
Pada saat perayaan imlek, masyarakat sekitar biasanya berkumpul di Yue Ya Quan untuk merayakan hari makan Bakcang (Sejenis makanan tradisional dari pulut dan dibungkus dengan daun bambu. Biasanya Bakcang berisi daging dan telur).
Asal Mula

Menyangkut asal usul gurun dan mata air bulan sabit, banyak berbagai versi cerita yang berbeda. Salah satu cerita tentang gurun itu menyebutkan, ribuan tahun silam seorang jendral dengan ribuan prajuritnya berperang mengusir musuh di gurun ini.
Sementara mereka sedang bertarung dengan seru, tiba-tiba angin yang sangat kencang berhembus, meruntuhkan pasir yang ada di sekelilingnya dan mengubur mereka di dalam pasir. Meski demikian, pertarungan tidak berakhir, prajurit tersebut masih bertempur di bawah pasir yang kini menjadi gunung pasir Minshan. Sampai saat ini jika angin  berhembus, akan terdengar suara-suara aneh seperti senandung dan teriakan. Katanya suara yang kini terdengar itu adalah raungan para prajurit tersebut. Hiii…seram juga ya.
Sementara tentang mata air bulan sabit, salah satu versi cerita menyebutkan ada seorang jendral bernama Li Guang yang melintasi gurun pasir ini bersama pasukannya dalam perjalanan mereka dari Dawan, gerbang masuk ke China bagian Barat saat itu. Teriknya matahari dan gersangnya gurun pasir, membuat pasukan Li lemas dan dehidrasi. Melihat pasukannya tak berdaya, Jendral Li yang sakti mandraguna mencabut pedangnya dan menghujamkan ke dalam pasir. Seketika, muncul air yang begitu jernih dan terus mengalir hingga kini.
Terlepas dari segala kisah yang mencoba menjelaskan keberadaan Crescent Moon Spring dan Gurun Minsha,  Setidaknya luangkan waktu Anda selama 2 jam untuk berkeliling kawasan ini dan nikmati kegiatan ala gurun mulai dari mendaki gurun Minsha dengan unta. Biayanya sekitar 60 yen/RMB hingga berseluncur di gurun dengan membayar 15 yen. Jangan lewatkan menikmati sunset ataupun sunrise spektakuler dari puncak gunung pasir sepanjang 40km dan tinggi 1.715m ini.
Ada satu lagi hal mengagumkan dari gunung pasir dengan punggung berbentuk zig zag tersebut. Sekalipun puluhan pelancong meluncur di permukaannya, ratusan jejak onta dan pengunjung menapaki gunung ini, semuanya akan kembali ke bentuk semula dalam semalam benar-benar seperti tak terjamah.

Narwhal : Ikan Paus Bertanduk

Narwhal
Narwhal
Apa yang Anda liat pada gambar di atas..? Ahh, Anda salah. Itu bukan gambar sekelompok kuda unicorn yang sedang tercebur ke laut, bukan pula mahluk khayalan atau permainan tehnik photoshop tingkat tinggi. Mahluk-mahluk  itu nyata, benar-benar ada. Mereka adalah salah satu ciptaan yang paling unik di planet ini. Hewan laut yg mungkin jarang kita lihat ataupun malah tidak pernah kita dengar. Mamalia laut yg hidup di Samudera Arktik itu bernama Narwhal, ikan paus bertanduk.
Narwhal yang memiliki nama ilmiah Monodon Monoceros adalah salah satu paus yg paling tidak diketahui manusia. Nama “narwhal” berasal dari bahasa Norse Kuno yg berarti “paus mayat”. Nama itu diberikan karena kebiasaannya yg kadang-kadang berenang tak bergerak di permukaan laut dengan posisi perut menghadap ke atas & warna tubuhnya yg bertotol-totol kelabu seperti pelaut yg tenggelam.
Mereka diketahui hanya hidup di seluruh perairan Kutub Utara, tepatnya di Samudera Arktik. Narwhal adalah paus bergigi & termasuk karnivora yg memakan hewan-hewan laut seperti kerang, ikan, udang, atau cumi-cumi. Tanduk spiral narwhal yang misterius ternyata adalah sebuah gigi pada bagian rongga sebelah kiri. Gigi tersebut tumbuh memanjang menembus bibir atasnya. Seperti gading pada gajah dan walrus. Paus ini memiliki dua gigi, kadang keduanya tumbuh memanjang, tetapi lebih sering hanya satu gigi. Hanya Narwhal jantan yg memiliki ‘tanduk’ ini.
Tanduk atau gigi ini memiliki banyak fungsi.
Diantaranya berfungsi sebagai sensor raksasa yang membantunya mengetahui kualitas air dan untuk “mencium” narwhal lainnya, berkelahi atara sesama narwhal, mencari makanan didasar samudera dan sebagainya. Tanduk paus narwhal yang panjangnya bisa mencapai 2,4 hingga 3 meter itu telah sejak lama menjadi teka-teki para ahli alam dan pemburu. Penjelasan mengenai fungsinya pun seringkali menimbulkan perdebatan. Dr. Martin Nweeia, seorang peneliti Harvard School of Dental Medicine mengatakan, tanduk tersebut sepertinya memiliki kemampuan penginderaan hidrodinamik. Ia mengungkapkan hal ini dalam presentasi di Konferensi mengenai Biologi Mamalia Laut di San Diego beberapa waktu lalu.
Martin Nweeia dan anggota tim penelitiannya menemukan bahwa tanduk narwhal serupa dengan membran dengan permukaan yang amat sensitif. Ada sekitar 10 juta saraf yang terhubung ke permukaan tanduknya, guna mendeteksi perubahan suhu, tekanan, dan kadar garam air. “Tidak ada sesuatu yang sebanding dengannya di alam dan tak ada yang lebih unik dari tanduk narwhal dalam hal bentuk, kenampakan, dan fungsinya,” ujar Martin. Wow.., ternyata tanduk yang panjang dan menyeramkan itu berteknologi canggih.
Narwhal hingga saat ini dianggap sebagai jenis paus yang termasuk sangat langka. Panjang tubuhnya mencapai 4 hingga 5 meter, dan kebanyakan dijumpai di perairan lautan Artik sekitar Kanada, tapi kadang juga terlihat jauh ke timur hingga Rusia.
Setiap narwhal juga menggunakan suara untuk berkomunikasi satu sama lain seperti halnya lumba-lumba atau ikan paus lainnya. Bahkan, masing-masing kemungkinan memiliki suara unik yang juga menunjukkan identitasnya. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa mamalia laut menggunakan sinyal suara untuk berkomunikasi satu sama lain di dalam air. Penelitian terakhir bahkan menunjukkan bahwa paus punya dialek. Namun, belum banyak penelitian yang mempelajari identitas suara seperti yang diguankan paus narwhal. Para penelitinya yakin paus narwhal menggunakan suara untuk mengenali sesamanya dan membedakan satu individu dengan individu lainnya.
Hal tersebut disimpulkan para ilmuwan setelah mempelajari suara tiga ekor narwhal di Teluk Admiralty di Pulau Baffin, Kanada. Mereka menggunakan perekam elektronik yang ditempel di badan mamalia raksasa tersebut. “Untuk pertama kalinya, kami benar-benar dapat mengikuti hewan tersebut kapan saja mereka bersuara dan ke mana saja mereka bergerak,” kata Ari Shapiro dari the Woods Hole Oceanographic Institution.
Ikan Bertanduk
Meskipun salah satu alat perekamnya hilang, dua yang tersisa telah menunjukkan bentuk suara yang berlainan, berupa suara siulan dan denyutan. Shapiro menunjukkan bahwa kedua jenis suara bukanlah sinyal yang dipakai untuk bertukar informasi mengenai sumber makanan, tapi sekedar menunjukkan identitas individu dalam komunikasi sosial.
Apa yang dilakukan paus narwhal mirip dengan lumba-lumba hidung botol yang juga mengeluarkan suara siulan untuk berkomunikasi. Meskipun data-data mengenai komunikasi di antara paus narwhal masih minim, para ilmuwan yakin ia memiliki pendengaran yang sangat peka seperti halnya paus lainnya.
Narwhal rutin melakukan migrasi hingga ribuan kilometer dan berkelompok. Maka dengan suara yang berbeda-beda, masing-masing dapat membedakan individu dalam kelompoknya atau kelompok lainnya. Hasil penelitian ini dimuat dalam Journal of Acoustical Society of America edisi September 2006.
Beberapa orang eropa pada abad pertengahan percaya kalo tanduk Narwhal sama seperti tanduk unicorn, dan memiliki kekuatan sihir, seperti dapat menawarkan semua racun, dan membawa kebahagiaan. Terlepas dari itu semua, tanduk ini sangat indah sehingga banyak orang menyukainya. Pada jaman dahulu bangsa viking dan pedagang daerah utara lainnya berburu narwhal dan menjual tanduknya dgn harga sangat tinggi. Hingga saat ini perburuan narwhal masih terus berlanjut. Bahkan satu tanduk nya saat ini bisa mencapai harga $ 5000.
Di beberapa negara, impor tanduk narwhal sudah dijadikan hal yg ilegal. Perburuan narwhal yang legal hanya boleh dilakukan oleh bangsa Inuit (masyarakan yg hidup di daerah arktik) dan itu juga dilakukan secara konservatif. Yah, semoga hewan cantik ini terus dapat dilindungi dan dihindarkan dari kepunahan, atau nerwhal akan berubah hanya menjadi legenda saja. Sayang sekali bukan…??(Sumber:Harian Global)